Darah Yang Tak Mengering
Di sebuah hutan yang agak jauh dari kota terdapat desa yang indah nan permai bernama desa Gambut. Warga di desa tersebut mengalami kemiskinan dan penderitaan yang berkepanjangan. Meskipun warga desa Gambut mengalami penderitaan tetapi mereka tetap saling peduli antara satu dengan lainnya.Diantara warga desa itu hiduplah seorang pemuda berumur sekitar 20an. Pemuda itu memiliki paras yang tampan dan tubuh yang gagah. Ia baik hati serta ramah kepada semua orang. Dia biasa dipanggil dengan sebutan Bram oleh orang-orang desanya, sedangkan nama panjangnya yaitu Braaaaaaaaaaaaaam. Memang panjang namanya itu. Dia tinggal bersama dua sahabatnya bernama Derpana dan Herpina. Melihat keadaan desanya yang memprihatinkan, hatinya tergerak untuk memperbaiki kehidupan warga di desanya. Ia berencana pergi merantau ke ibukota karena melihat bahwa kehidupan di ibukota sangatlah terjamin.Ia bersama dua orang sahabatnya, yakni Derpana dan Herpina berangkat meninggalkan desanya. Mereka bertiga berencana untuk menaiki bis. Sesampainya di terminal mereka langsung membeli tiket dan menunggu bis datang. Tak lama kemudian bis yang akan mereka tumpangi datang.“Kalian duluan aja. Aku kebelet nih, sebentar ya aku mau ke kamar kecil.” Bram berkata kepada dua orang sahabatnya. “Baiklah tapi jangan lama-lama ya ?, Kan bisnya sudah mau berangkat.” Sahut Herpina.Tidak sadar bram sudah 30 menit di kamar mandi. Setelah kembali ke tempat penungguan bis, Bram kebingungan. Dimana teman-temannya berada, kemudian dia bertanya kepada petugas disitu. “Pak bis Harapan Jaya jurusan ibukota yang mana yaa ?” tanya bram. “ooo dek bisnya kan sudah berangkat sejak 15 menit yang lalu”. Jawab petugas. Bram,pun terkejut, Dia bingung bagaimana caranya sampai ke ibukota menyusul 2 sahabatnya. Sedangkan uangnya sudah tidak cukup untuk membeli tiket bis lagi.Kemudian ia duduk kebingungan di pojok terminal. Dan tiba-tiba terdengar suara seseorang. “Dek kamu kenapa ? kok kelihatan bingung” tanya orang itu. Bram pun menjelaskan masalahnya dengan orang tadi yang ternyata tukang sayur. “Numpang truk saya aja dek, kebetulan saya akan mengirim sayur ke ibu kota”. “benar pak ?...” jawab bram dengan gembira. Didalam hati bram berkata “ohhh bapak ini bagaikan malaikat dalam hidupku”.4 jam kemudian truk yang membawa Bram akhirnya sampai ke suatu Pasar di ibu kota. Bram pun turun dari truk, “sampai sini aja Pak, Makasih banyak sudah membantu saya” kata Bram sembari berpamitan dengan tukang sayur itu, “oh ya sama-sama, hati-hati dijalan dek”, balas tukang sayur itu. Sesampainya Bram di Ibu kota, ia kebingungan lagi karena tak ada satu orang pun yang ia kenal, ia sudah mencoba mencari-cari kedua sahabatnya, namun mencari dua orang di tengah besarnya ibukota bagaikan mencari jarum diatas tumpukan jerami. Apa daya ia sudah lelah dan luasnya ibu kota membuat semangatnya perlahan sirna. Bram pun memutuskan untuk beristirahat di sebuah warung makan, lalu tiba-tiba ia didatangi oleh sesorang.Bram terkejut dengan kedatangan orang yang tak dikenalinya itu, “Permisi dek, boleh saya duduk disini?” tanya orang tersebut, “oh silahkan Pak, mari mari”, sahut Bram sembari mempersilahkan duduk disampingnya. “Saya Benny, Adek baru ya disini? Kok saya baru pertama kali liat adek, dan adek terlihat kebingungan?” kata Bapak itu sambil berjabat tangan dengan Bram. “Saya Bram, iya Pak saya baru sampai tadi siang, saya terpisah dengan kedua sahabat saya, dan di kota ini saya tidak mempunyai seorang satu pun, itu yang membuat saya kebingungan Pak”, kata Bram. “Oh kebetulan sekali, saya sedang membutuhkan Pekerja baru, kalo dek Bram mau, dek Bram bisa ikut saya saja, soal tempat tinggal dan lainnya tak perlu bingung, nanti bisa tinggal di rumah saya”,kata Pak Benny, “Wah, makasih pak, saya mau Pak”,sahut Bram dengan girang. “Kalau begitu mari ikut saya, kamu bisa langsung kerja mulai hari ini”,kata Pak Benny. Mereka pun pergi ke rumah Pak Benny.Ternyata Pak Benny adalah seorang saudagar kaya raya yang memiliki rumah mewah nan megah. Bram pun ternganga melihat rumah Pak Benny. “Nah sekarang kamu bisa bantu-bantu mengangkat barang itu disana. Kalau sudah selesai kamu boleh istirahat nanti saya siapkan kamar.” kata Pak Benny sembari menunjuk kearah truk yang sedang bongkar muatan. “Baiklah pak, terima kasih banyak.” Sahut Bram dengan penuh semangat.Hari itu pun berlalu. Pada malam harinya saat semua orang sedang tidur lelap dirumah tiba tiba ada sekelompok pembunuh yang datang ke rumah Pak Benny. Saat itu Bram yang tidak sengaja terbangun dari tidurnya mendengar orang berteriak. Ternyata suara itu adalah suara Pak Benny. Tanpa pikir panjang Bram segera menuju ke sumber suara tadi. Ia terkejut dan ketakutan. Sekujur tubuhnya dipenuhi keringat dingin dan terdiam beberapa saat. Saat itu, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat pembunuh itu tengah mencabut sebilah pisau dari dada Pak Benny. Lalu dia pun berlari terbirit-birit keluar rumah hingga ia sampai di salah satu gudang milik Pak Benny.Disana ia bertemu dengan anak Pak Benny yang berada di depan gudang, namun ia sudah dikepung oleh para pembunuh tersebut. Badannya tergerak untuk melindungi anak itu, bahkan yang tadinya ia ketakutan sekarang menjadi berani. Pembunuh itu berkata “mengapa kau melindungi dia ?” “kenapa katamu ? , heh karena dia sudah banyak berbuat baik padaku” kata Bram dengan lantang, “apa kamu tidak tahu apa yang dilakukan oleh dia dan keluarganya kepada penduduk desa yang datang ke ibukota seperti mu ?” , bram pun terdiam kebingungan. lalu perampok itu membuka gudang milik Pak Benny tadi dan saat pintu gudang terbuka ia melihat kekejaman dan kekejian keluarga Pak Benny, ia melihat dua temanya yaitu Herpina dan Derpana yang disiksa hingga setengah mati. Ternyata selain kaya keluarga Pak Benny mempunyai hobi yang aneh yaitu menyiksa manusia hingga ajal menjemputnya.Bram pun sangat terkejut dan syok akan hal itu, lalu bram pun bertanya kepada anak dari Pak Benny “benarkah semua ini kau yang lakukan ?” tiba-tiba anak pak benny pun tertawa terbahak-bahak “benar itu memang aku yang melakukanya kalian para pendatang dari desa memang pantas mendapat hal seperti itu kalain ini hanyalah BABI! Yang bisa ku permainkan sesuka hatiku hahaha” tawanya yang kejam itu membuat Bram sangat marah. Ia langsung menyahut golok yang sedang dipegang oleh si pembunuh. Golok itu pun bersarang dijantung anak Pak Benny. Darah mengucur deras dari dadanya. Dan tangan Bram pun bersimbah darah. Seketika ia tertawa dan juga menangis.Pembunuh yang melihat kejadian itupun tertarik kepada Bram. Ia menawari Bram untuk bergabung dengan kelompoknya yaitu pembunuh bayaran. Tanpa pikir panjang Bram pun menyetujuinya dan mulai saat itu ia menjadi seorang pembunuh. Setiap kali pembunuh bayaran itu menerima tawaran dengan imbalan yang tak sedikit, Bram selalu disana membantunya. Semua itu demi membalaskan dendamnya pada ibukota dan demi memperbaiki nasib hidup serta desanya. Kelihatannya membunuh sudah mendarah daging pada dirinya.Setelah beberapa lama menjadi seorang pembunuh bayaran, akhirnya Bram memutuskan untuk kembali ke desanya. Ia disambut baik oleh warga desa Gambut. Bram membawa berbagai macam bahan makanan dan pakaian yang ia dapat dari hasil membunuh. Warga yang tak tau asal usul semua itu merasa senang tak tak peduli darimana barang itu berasal.Sedikit demi sedikit Bram pun mulai membangun desanya dibantu para warga. Dimulai dengan membangun irigasi desa yang sudah lama rusak karena terpaan banjir. 6 bulan sudah, tak terasa desa gambut mulai hidup kembali. Lading-ladang menjadi hijau, kandang-kandang sapi yang dulunya sepi, sekarang sudah mulai ada penghuninya. Ditengah-tengah kesibukan warga desa, datanglah seorang gadis misterius. Para laki-laki sontak matanya seperti tidak bisa dikedipkan, bukan tanpa alasan gadis itu manis sekali, semanis madu.“Nek apakah bram tinggal di desa ini ?” Tanya gadis itu kepada nenek tua kriput yang sedang memandikan sapi. “ohh bram, iya betul bram tinggal disini.” Jawab nenek. Kemudian gadis itu bertanya kepada nenek, dimana rumah bram. Dan diantarlah gadis itu sampai didepan pintu rumah bram. Tanpa ragu gadis itu langsung mengetuk pintu rumah bram. Tok tok tok, selamat siang. Tak lama kemudian bram membuka. Betapa terkejutnya bram, ada gadis manis nan cantik berdiri didepan rumahnya. “Apakah benar anda bram ?” Tanya gadis itu. “iya benar, anda siapa ya ?” jawab bram. “ohh.. saya Bella, saudara dari Herpina dan Derpana”. tanpa ragu bram mempersilahkan Bella masuk rumah, dan merekapun berbincang-bincang, mengenai Herpina dan Derpana. Mereka beruda pun langsung akrab. “Mas bolehkah saya tinggal didesa ini ?” Tanya bella. Tanpa ada rasa curiga bram memperbolehkan Bella untuk tinggal.Hari demi hari berlalu mereka berdua semakin dekat. Dan bram jatuh cinta kepada bella. Pada malam itu tepatnya malam selasa, bram mengajak bella ke bukit disebelah desa, yang memiliki pemandangan indah. Bram berniat untuk melamar Bella, tetapi na’as saat mendaki bukit bram ditusuk dari belakang oleh Bella. Ternyata Bella adalah anak dari Pak Benny, dia ingin balas dendam kepada Bram yang telah membunuh ayah dan kakaknya. Bella kemudian lari kembali ke kota meninggalkan Bram yang bersimbah darah dan sedang sekarat.
~ Tamat ~
0 Komentar untuk "Contoh Cerpen "Darah yang tak mengering""